Selasa, 04 Januari 2011

TUGAS 3 (ARTIKEL)

NAMA : MOHAMMAD TAUFIQ
KELAS : 2EB18
NPM : 26209757
TUGAS 3

“ PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DI INDONESIA”

1. PERMULAAN SOSIOLOGI DI INDONESIA
Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh sri paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan – golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek –aspek sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar golongan. Almarhum Ki Hadjar Dewantoro, pelopor utama meletakan dasar –dasar bagi pendidikan nasional di Indonesia, memberikan sumbangan dengan konsep – konsepnya mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata dipraktikan dalam organisasi pendidikan taman siswa. Dari keterangan diatas, nyatalah bahwa unsure sosiologi tidak digunakan dalam ajaran atau teori yang murni sosiologis, tetapi sebagai landasan untuk tujuan lain yaitu ajaran tata hubungan antar manusia dan pendidikan. Apabila dilihat dari hasil karya sarjan orang belanda, sebelum perang dunia kedua, yang mengambil masyarakat Indonesia sebagai pusat perhatiannya seperti tulisan Snouck Hurgronje, Van Vollenhoven, ter Haar, Duyvendak, dll, maka dari hasil karya itupun tampak adanya unsur sosiologi yang dipergunakan secara ilmiah.
Hal itu tidaklah berarti bahwa metode yang digunakan untuk meneropong sesuatu masalah atau gejala sosiologis ialah salah atau tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, sama sekali tidak. Keterangan diatas hanyalah dimaksudkan untuk menyatakan, bahwa sosiologi, pada waktu itu di Indonesia, dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu – ilmu pengetahuan lainnya. Dengan perkataan lain, sosiologi pada saat itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan digunakan sebagai ilmu pengetahuan terlepas dari ilmu – ilmu penegtahuan lainnya. Sekolah tinggi hokum di Jakarta pada waktu itu ialah satu – satunya lembaga perguruan tinggi yang sebelum perang dunia kedua, memberikan kuliah – kuliah sosiologi di Indonesia. Pada tahun – tahun 1934/1935 kuliah – kuliah sosiologi pada sekolah tinggi hokum tersebut malah ditiadakan oleh karena pada waktu itu, para guru besar yang memegang tanggung jawab dalam menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses – proses yang terjadi didalamnya tidak diperlukan dalam hubungan dengan pelajaran hokum. Yang penting ialah perumusan peraturannya dan system – system untuk menafsirkannya.

2. PERKEMBANGAN SOSIOLOGI SESUDAH PERANG DUNIA KEDUA
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945, seorang sarjan Indonesia yaitu soenario kolopaking. Untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi(1948) pada akademi ilmu politik di Yogyakarta (akademi tersebut kemudian dilebur ke dalam universitas negeri Gajah Mada dan kemudian menjadi fakultas social dan politik). Oleh karena sebelum perang dunia kedua, semua kuliah pada perguruan – perguruan tinggi di berikan dalam bahasa belanda. Maka kuliah dalam pengetahuan tersebut sukar sekali untuk mencetuskan keinginan para sarjana, untuk memperdalam dan kemudian memperkembangkan sosiologi. Bertambahnya orang – orang yang memperdalam dan mengkhususkan diri dalam sosiologi menjadi dorongan untuk berkembangnya dan meluasnya pengetahuan tadi, akan tetapi sekaligus membawa perubahan sifat dan sosiologi Indonesia. Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia mulai diterbitkan satu tahun setelah pecahnya revolusi fisik yaitu Sosiologi Indonesia oleh Djody Gondokusumo yang memuat beberapa pengertian elementer dari sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai filsafat.
Menyusullah suatu buku Sosiologi yang diterbitkan oleh Bardosono, yang sebenarnya merupakan sabuah diktat yang ditulis seorang mahasiswa yang mengikuti kuliah – kuliah sosiologi dari seorang guru besar yang tak disebutkan namanya dalam buku tersebut. Selanjutbya dapatlah dikemukakan buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan buku pelajaran pertama di dalam bahasa Indonesia yang memuat bahan – bahan sosiologi modern. Maka buku Hassan Shadily ( lulusan Cornell University di Amerika Serikat) memenuhi keperluan para mahasiswa yang mulai belajar ilmu pengetahan tersebut sebagai ilmu pembantu. Para pengajar yang mengikuti ajaran sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan buku – bukunya P.J Bouman, yaitu Algemene Maatschappijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku lysen yang berjudul Individu en Maatschappij.
Buku Social Changes in Yogyakarta hasil karya Selo Soemardjan yang terbit dalam tahun 1962. Buku yang ditulis dalam bahasa inggris itu merupakan disertai penulis untuk mendapatkan gelar doctor pada cornell University, Amerika Serikat Isinya ialah perihal perubahan – perubahan dalam masyarakat di Yogyakarta sebagai akibat dari revolusi politik dan social, pada waktu revolusi masih berpusat di kota Yogyakarta. Buku yang berjudul Setangkai bunga sosiologi itu diterbitkan pada 1964 dan dipakai sebagai bacaan wajib pada beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta. Penelitian – penelitian sosiologis di Indonesia belum mendapatkan tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih terlampau percaya pada angka – angka yang relative mutlak. Apalagi masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku. Dalam hal ini amsih diperlukan usaha yang tekun dank eras untuk menempatkan penelitian sosiologis pada tempat yang wajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar